PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang termasuk dalam salah satu negara pengekspor manggis ( Garcinia mangostana L.) di dunia bersama Thailand dan Malaysia. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2004), neraca perdagangan untuk komoditas manggis cenderung mengalami peningkatan, walaupun pada tahun 2004 terjadi penurunan yang cukup banyak yang disebabkan adanya hambatan dalam produksi sebagai akibat dari perubahan iklim sehingga produksi manggis menjadi terganggu.
Nilai perdagangan komoditi ini berdasarkan tabel 1. dinilai cukup memberi arti bagi devisa negara apalagi bila dikaitkan dengan upaya Indonesia untuk menggalakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor andalan ekspor disamping ekspor minyak dan gas bumi.
Tabel 1. Neraca perdagangan komoditas manggis tahun 1999-2004
1999 | 2000 | 2001 | 2002 | 2003 | 2004 | |
vol (kg) | ||||||
ekspor | 4.743.493 | 7.182.098 | 4.868.528 | 6.512.423 | 9.304.511 | 3.045.379 |
impor | 114 | - | 534 | 1.387 | - | 295 |
neraca | 4.743.379 | 7.182.098 | 4.867.994 | 6.511.036 | 9.304.511 | 3.045.084 |
nilai (US$) | ||||||
ekspor | 3.887.816 | 5.885.038 | 3.953.234 | 6.956.915 | 9.306.042 | 3.291.855 |
impor | 236 | - | 606 | 1.644 | - | 202 |
neraca | 3.887.580 | 5.885.038 | 3.952.628 | 6.955.271 | 9.306.042 | 3.291.653 |
Sumber: BPS, dalam Kastaman (2007).
Walaupun demikian, volume ekspor buah manggis sampai pada tahun 2006 masih sangat berfluktuatif. Sampai saat ini negara-negara sasaran ekspor buah manggis adalah Singapura, China, Hongkong, Thailand, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Belanda, dan Jerman. Namun, pada kenyataannya manggis Indonesia masih sangat sulit untuk menembus pasar Amerika dan Uni Eropa dikarenakan mutu produk yang masih sangat rendah.
Ekspor buah manggis Indonesia walaupun terus berfluktuatif, namun dilihat dari nilai volumenya masih relatif kecil dibandingkan dengan nilai ekspor negara Thailand, Malaysia dan Singapura yang rata-rata dapat mencapai 30.000 ton/tahunnya. Jumlah nilai volume ekspor yang kecil tersebut bukan dikarenakan rendahnya permintaan akan buah manggis Indonesia namun salah satu faktor penyebabnya adalah akibat sering terjadinya penolakan buah manggis Indonesia setibanya di negara tujuan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh di beberapa sentra produksi manggis di Jawa Barat dapat diketahui beberapa faktor yang secara empirik menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan petani dalam menembus ekspor manggis dunia. Beberapa faktor tersebut adalah:
1. Budidaya
Beberapa hal yang berkaitan dengan aspek budidaya tanaman yang diidentifikasi erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan agroindustri manggis seperti: belum adanya perkebunan manggis secara keseluruhan, belum tersedianya bibit unggul yang berkualitas, pemeliharaan tanaman, penerapan teknologi dalam budidaya manggis pada petani yang sulit diterima serta ketidak seragaman bibit manggis. Adanya kendala ini tentunya menjadi permasalahan yang cukup serius untuk meningkatkan volume produksi manggis.
2. Penanganan pascapanen
Kegiatan pascapanen erat kaitannya dengan mutu produk yang dihasilkan, yang pada akhirnya menentukan pula harga jual yang dapat diterima oleh petani. Selama ini petani kebanyakan menjual manggis dalam bentuk segar dengan cara penanganan pascapanen yang masih terbatas, sehingga umur konsumsinya menjadi terbatas. Pada pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu penanganan pascapanen yang sangat dibutuhkan petani adalah teknologi grading mutu dan packaging house, keduanya dapat mendukung dalam mempertahankan mutu serta umur simpan manggis.
3. Pemasaran produk
Selama ini petani melakukan sistem penjualan manggis secara borongan sebelum panen, ini dilakukan karena tidak adanya sentra untuk menangani hasil petani, selain itu sistem penjualan secara kolektif (collecting point) dari pemerintah juga belum ada sehingga setelah terjadi panen raya petani kesulitan untuk memasarkannya. Keadaan ini juga tidak didukung dengan penerapan teknologi pengolahan diversifikasi produk oleh petani, sehingga dapat menurunkan harga jual manggis.
Tabel 1. menunjukkan bahwa manggis merupakan salah satu komoditas buah eksotik Indonesia, sehingga jika ditangani dengan baik, buah ini akan menjadi primadona ekspor unggulan Indonesia sebagai komoditas yang dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa. Hasil analisis permasalahan buah manggis di lapangan yang erat hubungannya dengan bidang ilmu keteknikan pertanian adalah permasalahan dalam penerapan teknologi pascapanen, dimana jelas diketahui bahwa jika penanganan pascapanen ini dapat dilakukan secara maksimal, maka volume ekspor buah manggis Indonesia dapat ditingkatkan dengan jaminan terhadap kualitas manggis yang berstandar ekspor.
Salah satu cara meningkatkan nilai ekonomis manggis terutama untuk pasar ekspor adalah dengan melakukan sortasi sebelum buah dikirim atau dijual. Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan kedalam berbagai fraksi berdasarkan karakteristik fisik (seperti kadar air, bentuk, ukuran berat, jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (seperti komposisi bahan bau dan rasa) dan kondisi biologisnya (seperti jenis dan kerusakan buah) (Sudaryanto Zain dkk, 2005). Sortasi sendiri secara umum bertujuan untuk menentukan klasifikasi komoditas berdasarkan mutu yang sejenis.
Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk menganalisis penerapan teknologi dalam proses sortasi (pengklasifikasian) buah manggis. Makalah ini lebih lanjut akan membahas tentang perkembangan teknologi sortasi (pengklasifikasian) buah manggis, kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan dan pengaplikasian mesin tersebut.
Perumusan Masalah
Salah satu tahapan kegiatan pascapanen untuk memenuhi syarat ekspor komoditas buah-buahan adalah proses sortasi dan pemutuan. Saat ini proses penyortiran buah dilakukan secara manual yaitu dengan teknik perkiraan berdasarkan pengalaman. Penggunaan tenaga manusia (manual) sebagai penentu tingkat kematangan berdasarkan warna memiliki beberapa kekurangan antara lain penilaian manusia yang bersifat subjektif terhadap tingkat kematangan buah manggis. Penilaian manusia dapat berbeda dari satu penilai dengan penilai lainnya. Selain itu, banyak kelemahan yang dimiliki manusia manakala harus melakukan tugas-tugas sensorik dalam kapasitas yang besar dan waktu kerja yang lama. Dalam mengatasi keterbatasan tersebut digunakan pendekatan mekanis dengan teknologi otomatisasi agar lebih efektif dan efisien.
Saat ini, pengembangan mesin pemutuan buah manggis sudah mulai dilakukan namun baru sampai dalam tahapan penelitian, sedangkan untuk masuk ke tahapan produksi mesin secara masal dan pengaplikasiannya secara menyeluruh di masyarakat petani manggis masih sangat jauh. Akan tetapi kebutuhan akan mesin ini sangat mendesak mengingat peluang untuk mengekspor buah manggis ke pasaran dunia sangat terbuka serta belum adanya pembatasan kuota mengekspor buah manggis.
Dewasa ini teknologi informasi terus berkembang, para peneliti mencoba untuk mengaplikasikan ilmu tersebut dalam mengembangkan mesin pensortir dan pemutuan buah manggis. Ada beberapa metode non-destruktif yang telah dicoba untuk diaplikasikan pada mesin pensortir dan pemutuan buah manggis. Metode tersebut antara lain adalah aplikasi image processing untuk pemutuan dan pengklasifikasian buah manggis berdasarkan penampakan fisiknya, aplikasi gelombang ultrasonik untuk pemtuan buah manggis tidak hanya pada penampakan fisiknya akan tetapi juga mutu internalnya seperti pendeteksian kerusakan pada bagian daging buahnya. Beberapa tahun terakhir ini, aplikasi near infrared (NIR) spectroscopy juga sudah mulai diteliti untuk mendeteksi mutu bagian dalam buah manggis. Namun, pengapliksian metode tersebut masih membutuhkan kajian lebih dalam, dan tentunya pengapliksiannya langsung pada mesin akan menjadi lebih rumit.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini secara umum adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Mesin Pertanian, sedangkan secara khusus adalah mengkaji pengembangan mesin pensortir dan pemutuan buah manggis, mendefinisikan kendala-kendala dalam pengaplikasian mesin tersebut.
PEMBAHASAN
Pengembangan Mesin Sortasi dan Pemutuan Buah Manggis
Kesalahan manusia kemungkinan besar banyak terjadi saat melakukan pengklasifikasian buah manggis dalam skala pekerjaan yang besar dan waktu kerja yang lama. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut digunakan pendekatan mekanis dengan teknologi otomatisasi agar menghasilkan kualitas kerja yang baik. Raji dan Alamutu (2005) mejabarkan otomasi sebagai suatu aksi yang dibutuhkan untuk mengendalikan proses agar diperoleh efisiensi yang optimum dengan dikendalikan oleh suatu sistem yang beroperasi dengan menggunakan instruksi tertentu dan diprogram untuk menjalankan serangkaian aktivitas sesuai dengan yang diharapkan. Otomatisasi pada kebanyakan kasus akan menjadikan proses lebih cepat dan tepat dibandingkan tenaga manusia.
Alternatif baru dalam penentuam mutu buah manggis berdasarkan tingkat kematangan adalah melalui interpretasi citra (image) dengan bantuan piranti komputer, dimana sistem terlebih dahulu mengambil citra buah manggis dengan suatu alat perekan atau kamera, kemudian akan dianalisis tingkat kematangannya dengan menggunakan suatu program pengambil keputusan sehingga keluaran dari sistem ini adalah pengklasifikasian buah manggis berdasarkan tingkat kematangannya. Hal yang sama juga dapat digunakan untuk menentukan mutu buah manggis. Dalam proses ini harus terlebih dahulu didefinisikan pembatas masing-masing kelas mutu sehingga secara kontinyu sistem akan menggolongkan buah manggis kedalam kelas-kelas mutu yang telah didefinisikan tersebut.
a. Metode image processing untuk klasifikasi tingkat kematangan buah
Kastaman (2007) melakukan pengklasifikasian tingkat kematangan buah manggis dengan menggunakan metode pengolahan citra dengan aplikasi fitur warna RGB pada buah manggis. Model klasifikasi kematangan buah manggis ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan piranti lunak berbasis komputer yang telah dibuat, yang dilengkapi dengan CCD sebagai penagkap objek. Piranti lunak yang dibuat mampu mengenali tingkat warna yang terdapat pada citra buah manngis berdasarkan fitur warna RGB yang dihasilkan dan sesuai dengan indeks panen buah menurut tingkat kematangan sebagaimana yang ditetapkan dalam standar prosedur operasional komoditas manggis dari Direktorat Tanaman Buah, Departemen Pertanian. Metode ini dapat dijadikan metode alternatif sebagai pengganti penilaian indra manusia yang bersifat subjektif dalam mengukur tingkat kematangan buah manggis menurut standar ukuran mutu menurut warna. Terbukti dari hasil penelitian ini adanya konsistensi dalam menilai kematangan buah manggis menurut ukuran lama waktu setelah buah manggis tersebut dipanen.
Untuk mendapatkan suatu rancangan piranti lunak yang dapat mengolah fitur warna RGB diperlukan serangkaian instruksi yang memuat prosedur dengan urutan tertentu yang dapat diimplementasikan dengan menggunakan apa yang dinamakan dengan bahasa pemrograman komputer. Pada perancangan piranti lunak untuk mengolah citra warna dari buah manggis pada penelitian ini digunakan bahasa yang berorientasi objek agar prosesnya lebih mudah dan sederhana.
Langkah-langkah sistematis yang ditempuh dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan permasalahan umum yang harus dipecahkan
2. Menentukan langkah pemecahan masalah berdasarkan data warna RGB yang dihasilkan
3. Membuat standar klasifikasi warna buah menurut acuan dasar yang telah ada
4. Merekam data citra warna buah dengan menggunakan kamera CCD
5. Mengolah citra warna ke dalam kelompok bagian warna Merah, Hijau dan Biru (Red, Green, Blue atau RGB)
6. Mengumpulkan sampel data warna RGB untuk kemudian merata-ratakan tiap komponen warna menurut hari pengamatan. Pengamatan dalam hal ini dilakukan selama 9 hari setelah buah manggis yang dijadikan sampel tersebut dipanen. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini telah berumur 2 hari setelah petik, sehingga waktu pengamatan kematangan buah sebenarnya dimulai dari hari ke 3 hingga ke 11 setelah petik.
7. Data rata-rata harian untuk tiap warna RGB kemudian dianalisis dengan menggunakan regresi dan korelasi untuk melihat keeratan hubungan diantara komponen warna R, Gdan B tersebut, untuk kemudian dipilih komponen warna yang paling besar nilai koefisien korelasi atau koefisien determinasinya (r atau R2 nya).
8. Menentukan komponen warna yang paling dominan dan paling besar koefisien korelasi atau koefisien determinasinya untuk memprediksi umur kematangan buah manggis sejak dipetik
9. Menyajikan nilai prediksi umur kematangan menurut kelas Standar Prosedur Operasi manggis yang ada.
Hasil tampilan antar muka piranti lunak yang telah dibuat adalah sebagaimana disajikan pada gambar berikut.
Gambar 1. Tampilan antar muka perintah merekam citra warna buah
Pada bagian akhir tampilan pengolah data akan muncul informasi berkaitan dengan nilai RGB dari citra yang ditangkap, tahap kelas kematangan dan umur kematangan diukur setelah panen (setelah buah dipetik).
Gambar 2. Tampilan Pengolah Data Setelah Olah File Citra Dilakukan
Dengan melihat beberapa hasil uji coba baik secara statistik maupun penampilan gambar pada komputer di penelitian ini dapat diketahui kelayakan teknis untuk penggunaan metode pengidentifikasian mutu buah manggis menurut umur kematangan setelah buah dipetik. Pada dasarnya metode ini layak untuk dapat digunakan sebagai bagian dari interpretasi sensorik warna yang dapat digunakan pada rancangan alat pengolah citra untuk pengklasifikasian mutu buah manggis, apabila akan digunakan pada proses rancang bangun alat sortasi atau grading buah manggis di masa yang akan datang.
Walapun demikian, pada implementasinya, masih ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian agar dalam penggunaanya tidak terjadi kesalahan. Hal-hal tersebut antara lain :
1. Kalibrasi warna dasar (warna putih) harus dilakukan sebelum memulai pengidentifikasian fitur warna RGB. Hal ini untuk mengurangi efek bayangan yang agak mengganggu pada tampilan layar monitor komputer, meskipun dalam struktur program telah dilakukan proses filtrasi noise atau kesalahan karena adanya bayangan tersebut.
2. Buah yang direkam atau dipindai dengan kamera hanya untuk buah manggis. Hal ini dibuktikan dengan uji validasi dengan menggunakan data buah yang dipindai bukan buah manggis, hasil identifikasi kematangannya tidak sesuai. Artinya, piranti lunak tidak valid dalam memberikan informasi umur kematangan buah karena dasar acuan pengelompokkannya menggunakan fitur warna buah manggis.
3. Jenis lampu penerangan yang digunakan pada instrumen pengolah citra akan sangat menentukan kualitas gambar dan fitur warna RGB yang dihasilkan. Pemilihan lampu dilakukan dengan menyesuaikan (kalibrasi) hasil tampilan gambar dengan bagan warna (Color Chart) standar. Apabila efek pencahayaan dari lampu yang digunakan memberikan warna yang paling mendekati bagan warna standar, maka lampu tersebut yang sebaiknya dipilih.
4. Warna yang dijadikan acuan untuk pengidentifikasian umur kematangan buah manggis berdasarkan keeratan hubungannya menurut model regresi yang digunakan adalah warna merah.
5. Hasil dari pengelompokkan buah menurut umur kematangan buah yang didasarkan metode kelas interval menurut pengelompokan biasa (himpunan crisp) sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ini tidak akan sama persis bila dilakukan dengan menggunakan metode pengklasifikasian menurut himpunan fuzzy. Oleh karena itu untuk tahapan pengembangan sistem di masa yang akan datang perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pembanding metode pengklasifikasian dan berbagai varietas buah manggis yang dijadikan objek pengamatan.
6. Penelitian ini baru dilakukan sampai tahapan pembangunan piranti lunak unit pengolahan citra untuk pengklasifikasian mutu saja sedangkan untuk perancangan perangkat kerasnya (mesin) serta penggabungan piranti lunak tersebut kedalam mesin belum dilakukan.
Estimasi biaya produksi instrumen pengolah citra untuk pengklasifikasian mutu ini diperkirakan mencapai Rp 27.000.000-, dengan rincian seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Estimasi biaya produksi instrumen pengolah citra untuk pengklasifikasian mutu
No. | Peralatan yang Diperlukan | Estimasi Harga (Rp) |
1. | CCD Camera High Grade dual lense | 3.500.000 |
2. | Image Graber | 4.000.000 |
3. | Komputer dengan VGA compatible Multimedia Core Duo | 5.000.000 |
4. | Actuator Solenoid pengatur gerak | 2.500.000 |
5. | Step motor listrik pemilah mutu produk untuk 3 kelas | 3.000.000 |
6. | Rangkaian mekanik otomatisasi & Box | 7.500.000 |
7. | Biaya perakitan & finishing | 1.500.000 |
Estimasi Biaya Produksi Sistem Instrument | 27.000.000 |
Kastaman (2007)
b. Metode gelombang ultrasonik dan image processing untuk evaluasi mutu buah manggis
Pada umumnya buah yang disortir dibedakan atas ukuran, berat dan warna buah sehingga mempunyai beberapa keterbatasan salah satunya adalah tidak dapat diketahuinya kualitas dalam dari buah tersebut, akan tetapi untuk mengatasi masalah ini petani melakukan pemerikasaan terhadap mutu dalam buah dengan cara mengambil beberapa sampel buah lalu kemudian membelahnya untuk mengetahui mutu dalamnya, metode ini disebut dengan metode evaluasi mutu dengan cara merusak (destruktif).
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini, proses pemutuan dan sortasi banyak dikembangkan dengan sistem otomatis berbasis komputer. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan waktu manusia untuk dapat melakukan pnyortiran dan juga perbedaan persepsi setiap penyortir. Pemutuan buah yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemutuan kualitas buah bagian dalam seperti tingkat kematangan, rasa maupun kerusakan bagian daging buahnya. Metode non destruktif dengan menggunakan gelombang ultrasonik telah dikembangkan untuk pemutuan buah manggis ini.
Sandra (2007) telah melakukan penelitian untuk mengembangkan sistem pemutuan buah manggis untuk ekspor secara non destruktif dengan menggunakan gelombang ultrasonik dan jaringan syaraf tiruan. Dalam pengembangan sistem ini terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu:
1. 1. Pengembangan sistem pemeriksaan mutu luar buah manggis dengan menggunakan teknologi image processing
2. 2. Pengembangan sistem pemeriksaan mutu bagian dalam buah manggis menggunakan teknologi ultrasonik
3. 3. Pengembangan kecerdasan buatan berbasis jaringan syaraf tiruan (JST)
4. 4. Pengembangan sistem mekanik mesin sortasi buah manggis
5. Integrasi perangkat lunak dan perangkat keras
6. Pengujian kinerja mesin sortasi dan pemutuan yang dibangun.
Pengembangan sistem ini didahului oleh Nurhasanah (2005) yang melakukan identifikasi mutu, tingkat ketuaan dan kematangan manggis dengan menggunakan teknik pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan (JST), Juansah (2005) membangun sistem pengukuran gelombang ultrasonik untuk penentuan mutu buah manggis, lalu Muharfiza (2006) merancang alat penyortir buah manggis secara mekanik, kemudian Nurdin (2007) membangun sistem kontrol dari mesin sortasi otomatis buah manggis tersebut. Selanjutnya perangkat lunak dan perangkat keras tersebut digabung dan dilakukan pengujian terhadap mutu buah manggis secara real time.
c. Metode near infrared (NIR) spectroscopy untuk evaluasi mutu buah manggis
NIR merupakan gelombang tampak yang terletak pada panjang gelombang 700-3000 nm. Kemampuan sinar NIR ini menembus sampai sedalam 5 mm dapat menprediksi sifat biologi dan kimia produk. Secara umum, produk-produk pertanian memiliki kemampuan menyerap dan memantulkan sinar NIR yang cukup tinggi, dengan karakteristik ini diperkirakan akan mendeteksi kandungan biologi dan kimia bagian dalam buah manggis serta dapat memprediksi kerusakannya. Namun, aplikasi metode ini dalam pengembangan mesin sortasi dan pemutuan buah manggis sampai sekarang belum dilakukan.
Kendala-kendala dalam pengembangan dan pengaplikasian mesin
Kendala-kendala dalam pengembangan dan pengaplikasian mesin
Indonesia sebagai salah satu dari negara penghasil manggis terbesar di dunia selain Thailand dan Malaysia sampai saat ini belum mampu menghasilkan mesin sortasi dan pemutuan buah manggis berbasis evaluasi mutu secara non destruktif. Kastaman (2007) mengembangkan piranti lunak pengklasifikasian buah manggis berdasarkan pengolahan citra akan tetapi belum mampu membangun sebuah mesin yang terintegrasi dengan piranti lunak tersebut. Beberapa kendala yang perlu diantisipasi untuk penelitian yang akan datang adalah bagaimana merancang perangkat alat dalam satu sistem terpadu secara otomatis dengan menggunakan sistem pengelompokkan kelas mutu menurut umur kematangan dengan teknik kendali fuzzy (fuzzy control system), mengingat dalam penelitian ini pengklasifikasian masih dilakukan berdasarkan metode cacah waktu secara eksak tidak dengan cara fuzzy. Sehingga diharapkan pengembangan kedepan akan lebih menyempurnakan sistem peralatan yang dirancang.
Sandra dkk (2005-2007) membangun sebuah sistem evaluasi mutu buah manggis dengan gelombang ultrasonik dan aplikasi JST dan telah diintegrasikan dengan konstruksi mesin akan tetapi belum dapat diaplikasikan ke masyarakat karena terdapat beberapa pengkajian dan penyempurnaan secara keseluruhan pada mesin ini diantaranya adalah pada pengaplikasian di lapangan atau di tempat sortasi, maka perlu dikaji sistem kontrol mekanik yang menggunakan PLC (Programable logic control) serta mesin perlu disempurnakan terutama pada sistem transmisinya agar suara bising dapat dikurangi dan perlu disempurnakan dengan penambahan komponen pengumpan otomatik serta pengkajian lebih lanjut terhadap pola-pola gelombang ultrasonik yang dihasilkan agar dapat memprediksi kerusakan mutu bagian dalam buah.
Kendala dari segi ekonomi alat apabila diaplikasikan ke masyarakat tentunya akan sangat mahal. Dari estimasi biaya untuk membangun perangkat lunak yang dilakukan Kastaman (2007) sudah cukup mahal, apalagi untuk membangun mesin yang terintegritas, tentunya harga yang akan dihasilkan cukup besar. Hal ini akan sangat memberatkan petani yang memiliki keterbatasan modal.
Pengaplikasian teknologi ini langsung tentunya butuh suatu sosialisasi dan pelatihan yang sangat serius, mengingat keterbatasan pengetahuan dari petani kita. Selain itu, dukungan pemerintah untuk mengembangkan teknologi ini juga menjadi sangat penting, apabila pemerintah serius ingin mengembangkan sektor pertanian, khususnya pada sektor agribisnis hortikultura, tentunya penelitian dan pengembangnan teknologi dan mesin untuk mendukung peningkatan mutu produk harus serius diperhatikan.
SARAN
Hasil penelitian-penelitian ini akan sangat bermanfaat manakala dapat dilanjutkan sampai terciptanya suatu mesin pemutuan buah manggis yang terintegritas oleh sistem evaluasi mutu buah manggis secara non destruktif, sehingga dapat meningkatkan volume ekspor buah maggis dengan kualitas yang bagus. Pengembangan kedepan akan lebih baik jika dilakukan estimasi biaya pembangunan mesin secara keseluruhan sehingga nantinya apabila pengembangan mesin berhasil dilakukan maka dapat diprediksi berapa harga mesin dan selanjutnya dilakukan optimasi biaya agar harga dapat terjangkau untuk petani manggis.
DAFTAR PUSTAKA
Juansah, Jajang. 2005. Rancang Bangun Sistem Pengukuran Gelombang Ultrasonik Untuk Penentuan Mutu Manggis (Gracinia mangostana L). [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Kastaman, Roni. 2007. Analisis Sistem dan Strategi Pengembangan Futuristik Pasar Komoditas Manggis Indonesia. Laporan Akhir. Universitas Padjajaran.
Muharfiza. 2006. Desain dan Uji Teknis Sistem Mekanik Mesin Sortasi Buah Manggis. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Nurhasanah, Ana. 2005. Identifikasi Mutu, Tingkat Ketuaan dan Kematangan Manggis Menggunakan Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Nurdin. 2007. Rancang Bangun Sistem Kontrol Mesin Sortasi Otomatis Untuk Buah Manggis. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Raji, O. O.A Alamutu. 2005. Prospect of Computer Vision Automated Sorting System In Agricultural Process Operations In Nigeria. Agricultural Engineering International: The CIGR Journal of Scientific Research and Development. Vol. VII.
Zain, Sudaryanto., Dadi. R, Syarifah, N. 2005 Teknologi Pengolahan Pascapanen Biji-Bijian. Modul Kuliah. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar